Gas rumah kaca disebut sebagai pemicu pemanasan global. Apa itu sesungguhnya gas rumah kaca? Mengapa kaca punya kontribusi dalam hal ini? Lantas apa hubungannya dengan gas CO2? Tidak ada kata terlambat untuk menyadari proses pemanasan global dan bahayanya.
Sesungguhnya kaca merupakan sebuah penemuan yang luar biasa. Sanggup memisahkan suasana nyaman di dalam dari hawa yang kejam di luar, sekaligus membuat orang bisa melihat pemandangan luar rumah. Bayangkan seandainya kaca belum ditemukan, dan penutup jendela masih dari kayu atau lempengan logam. Namun demikian di samping jasanya itu, ada lagi sifat kaca yang berhubungan dengan gelombang lain.
Keluarga Besar
Cahaya tampak, yang memungkinkan kita menikmati tamasya warna, hanyalah salah satu anggota dari keluarga besar gelombang elektromagnetik. Saudara-saudara dalam keluarga besar ini dibedakan atas panjang gelombangnya. Terhitung sulung adalah gelombang radio, yang panjang gelombangnya beberapa meter hingga lebih dari ratusan meter. Cahaya tampak menjadi salah satu adiknya, dengan panjang gelombang kurang dari 0,7 mikrometer (1 mikrometer = 0,001 mm). Saudara dekat cahaya tampak bernama infra merah, yang bersebelahan dengan warna merah dari cahaya tampak.
Setiap anggota keluarga mempunyai sifat dan kemampuannya sendiri. Gelombang radio menyampaikan siaran berita dan musik, pancaran infra merah menyampaikan panas. Gelombang radio berasal dari antena pemancar, infra merah bersumber pada benda panas. Lalu sedikitnya ada dua perbedaan antara pancaran infra merah dan cahaya tampak. Pertama, infra merah bersifat tidak terlihat. Kedua, infra merah tidak mampu menembus kaca.
Dengan demikian hanya terang cahaya matahari yang dapat memasuki ruang depan rumah dengan menerobos kaca jendela. Energi yang dibawa cahaya akan mengenai lantai, kursi, meja, dan perabot lain. Lama kelamaan oleh energi tersebut, benda-benda menjadi panas, dan pada gilirannya mengeluarkan infra merah. Tetapi pancaran infra merah akan dibendung oleh kaca, gagal untuk keluar, menjadikan ruangan semakin panas.
Gejala ini dimanfaatkan di negara dingin ketika udara yang beku tidak membolehkan tumbuhnya sayuran yang sangat dibutuhkan. Dibuatlah bangunan yang seluruh dinding dan atapnya dari kaca. Maka gejala yang menghinggapi ruang depan rumah tadi terulang di sini. Hawa di dalam menjadi cukup hangat bagi tanaman seperti tomat, ketimun, meskipun mungkin salju bertebaran di luar. Bangunan ini dikenal sebagai “rumah kaca”.
Di pihak lain, di daerah panas seperti Jakarta, bangunan yang banyak menggunakan kaca merupakan sarana yang ampuh untuk menyiksa manusia di dalamnya atau memboroskan energi penyejuk udara.
Selimut
Pernahkah berada di sebelah nyala lampu pijar 100 watt? Hangat? Panas? Di siang hari Indonesia, energi dari matahari yang jatuh pada tiap meter persegi tanah bisa mencapai enam kali harga itu. Tentu sudah akrab kita dengan rasa teriknya. Lalu apakah dengan demikian bumi menjadi semakin panas?
Jangan kuatir. Jika penghuni rumah merasa beruntung dengan penemuan kaca, penghuni dunia patut berterima kasih karena gas nitrogen dan gas oksigen dalam atmosfir kita bersifat transparan, baik untuk cahaya tampak maupun untuk pancaran infra merah.
Dengan demikian ketika bumi dan segala benda di permukaannya dipanaskan oleh matahari, infra merah yang terbit dari benda-benda dapat bebas terbang ke angkasa. Pergi membawa serta panas yang membuat gerah. Suhu permukaan bumi pun tidak bakal naik secara drastis, keseimbangan tercapai, dan kehidupan berlangsung nyaman.
Tetapi sayang, ada jenis-jenis gas yang menghambat infra merah. Yang populer ialah karbon dioksida (CO2), keluar antara lain sebagai sisa pembakaran dari mesin mobil dan cerobong pabrik. Tatkala industri dan jumlah mobil meningkat, bertambah pula gas penghambat infra merah dalam atmosfir. Terbentuklah semacam selimut, yang membuat naiknya suhu permukaan bumi. Orang menyebutnya “efek rumah kaca”, mengacu pada gejala dalam bangunan kaca seperti dijelaskan sebelumnya. Contoh gas rumah kaca yang lain ialah metan (CH4) dan dinitro oksida (N2O).
Betapa nyaman sebenarnya bumi hasil rancangan yang asli, dapat diketahui dengan menengok dua planet tetangga, Venus dan Mars. Di samping lebih dekat ke matahari, Venus mempunyai atmosfir dengan CO2 yang jauh lebih banyak dari pada bumi. Akibatnya permukaan planet bersuhu di sekitar 462°C, lebih panas dari pada oven di dapur. Mars lebih jauh dari matahari dibandingkan bumi, dan jumlah (massa) CO2 disana sangat rendah. Ini membuat suhu permukaan Mars rata-rata 53°C di bawah nol.
Bukan hanya gerahnya udara bumi yang dikuatirkan. Naiknya suhu berarti mencairnya banyak es di daerah kutub. Dan karena dengan berat yang sama, volume air lebih besar dari pada volume es, melelehnya banyak es berarti meningkatnya permukaan laut. Tidak masalah jika kenaikan muka laut hanya belasan sentimeter. Tetapi jika sudah belasan meter atau lebih, akan banyak kota pantai yang terhapus dari peta dunia.
Sementara itu yang namanya cuaca rumitnya bukan main, segudang faktor bermain di situ, seperti jumlah pancaran matahari, kandungan uap air di udara, luas hutan maupun permukaan air, dan lain sebagainya. Musim berlangsung mulus jika tercapai keserasian di antara berbagai faktor tadi. Sebaliknya, kenaikan suhu karena CO2 pasti akan mengganggu keseimbangan, dan dapat melahirkan cuaca yang berkarakter aneh. Hujan terus menerus di musim kering, misalnya. Apabila cuaca yang abnormal berlangsung terus, akibatnya sungguh serius. Tidak saja kemungkinan badai atau banjir, tetapi juga gagal panen, berjangkitnya hama akibat gangguan pada siklus kehidupan binatang penyebabnya, kekeringan luar biasa yang menyurutkan cadangan air tawar, dan sebagainya.
Dewasa ini pemerintah sejumlah negara, badan internasional, para ilmuwan, LSM, mencurahkan pikiran dan perhatian untuk mencegah terjadinya bencana yang dikenal sebagai pemanasan global. Salah satu usaha yang dilakukan ialah mengurangi emisi CO2 ke udara, antara lain lewat kesepakatan yang disebut Protokol Kyoto. Dikerahkan juga akal untuk mencari proses industri, cara pembangkitan energi, produksi kendaraan dan mesin yang kurang mengeluarkan karbon dioksida.
Tentu khalayak ramai diharapkan semakin menyadari persoalan yang ada, dan beramai-ramai ikut berupaya menyelamatkan bumi.
ini nich yg aku carii
ReplyDeletethankz n
boleh jg lam kenal y .........
lam knal jg
ReplyDeletemkacie